3.4.2. Raden Kusen / Pangeran Pamalekaran (Arya Abdillah)

Материал из Родовод.

Запись:332340
Перейти к: навигация, поиск
Род Brawijaya V
Пол мужчина
Полное имя
от рождения
3.4.2. Raden Kusen / Pangeran Pamalekaran
Смена фамилии Arya Abdillah
Родители

Jaka Dillah / Arya Damar (Raja Palembang) [Brawijaya V]

Siu Ban Ci / Wandan Sari [Siu]

Вики-страница [[1]]
[1]

События

рождение ребёнка: Pangeran Kusumahdinata / Pangeran Santri [Brawijaya V]

титул: Adipati Terung, Adipati Terung / Bupati Teterung

Заметки

Perang Majapahit dan Demak Pada umumnya, perang antara Majapahit dan Demak dalam naskah-naskah babad dan serat hanya dikisahkan terjadi sekali, yaitu tahun 1478. Perang ini terkenal sebagai Perang Sudarma Wisuta, artinya perang antara ayah melawan anak, yaitu Brawijaya melawan Raden Patah.

Naskah babad dan serat tidak mengisahkan lagi adanya perang antara Majapahit dan Demak sesudah tahun 1478. Padahal menurut catatan Portugis dan kronik Cina kuil Sam Po Kong, perang antara Demak melawan Majapahit terjadi lebih dari satu kali.

Dikisahkan, pada tahun 1517 Pa-bu-ta-la bekerja sama dengan bangsa asing di Moa-lok-sa sehingga mengundang kemarahan Jin Bun. Yang dimaksud dengan bangsa asing ini adalah orang-orang Portugis di Malaka. Jin Bun pun menyerang Majapahit. Pa-bu-ta-la kalah namun tetap diampuni mengingat istrinya adalah adik Jin Bun.

Perang ini juga terdapat dalam catatan Portugis. Pasukan Majapahit dipimpin seorang bupati muslim dari Tuban bernama Pate Vira. Selain itu Majapahit juga menyerang Giri Kedaton, salah satu sekutu Demak di Gresik. Namun, serangan ini gagal di mana panglimanya akhirnya masuk Islam dengan gelar Kyai Mutalim Jagalpati.

Sepeninggal Raden Patah alias Jin Bun tahun 1518, Demak dipimpin putranya yang bernama Pangeran Sabrang Lor sampai tahun 1521. Selanjutnya yang naik takhta adalah Sultan Trenggana adik Pangeran Sabrang Lor.

Menurut kronik Cina, pergantian takhta ini dimanfaatkan oleh Pa-bu-ta-la untuk kembali bekerja sama dengan Portugis. Perang antara Majapahit dan Demak pun meletus kembali. Perang terjadi tahun 1524. Pasukan Demak dipimpin oleh Sunan Ngudung, anggota Wali Sanga yang juga menjadi imam Masjid Demak. Dalam pertempuran ini Sunan Ngudung tewas di tangan Raden Kusen, adik tiri Raden Patah yang memihak Majapahit.

Perang terakhir terjadi tahun 1527. Pasukan Demak dipimpin Sunan Kudus putra Sunan Ngudung, yang juga menggantikan kedudukan ayahnya dalam dewan Wali Sanga dan sebagai imam Masjid Demak. Dalam perang ini Majapahit mengalami kekalahan. Raden Kusen adipati Terung ditawan secara terhormat, mengingat ia juga mertua Sunan Kudus.

Menurut kronik Cina, dalam perang tahun 1527 tersebut yang menjadi pemimpin pasukan Demak adalah putra Tung-ka-lo (ejaan Cina untuk Sultan Trenggana), yang bernama Toh A Bo.

Dari berita di atas diketahui adanya dua tokoh muslim yang memihak Majapahit, yaitu Pate Vira dan Raden Kusen. Nama Vira mungkin ejaan Portugis untuk Wira. Sedangkan Raden Kusen adalah putra Arya Damar. Ibunya juga menjadi ibu Raden Patah. Dengan kata lain, Raden Kusen adalah paman Sultan Trenggana raja Demak saat itu.

Raden Kusen pernah belajar agama Islam pada Sunan Ampel, pemuka Wali Sanga. Dalam perang di atas, ia justru memihak Majapahit. Berita ini membuktikan kalau perang antara Demak melawan Majapahit bukanlah perang antara agama Islam melawan Hindu sebagaimana yang sering dibayangkan orang, melainkan perang yang dilandasi kepentingan politik antara Sultan Trenggana melawan Dyah Ranawijaya demi memperebutkan kekuasaan atas pulau Jawa.

Menurut kronik Cina, Pa-bu-ta-la meninggal dunia tahun 1527 sebelum pasukan Demak merebut istana. Peristiwa kekalahan Girindrawardhana Dyah Ranawijaya ini menandai berakhirnya riwayat Kerajaan Majapahit. Para pengikutnya yang menolak kekuasaan Demak memilih pindah ke pulau Bali.

Источники

  1. Kepustakaan - * Babad Majapahit dan Para Wali (Jilid 3). 1989. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah
    • Babad Tanah Jawi. 2007. (terj.). Yogyakarta: Narasi
    • H.J.de Graaf dan T.H. Pigeaud. 2001. Kerajaan Islam Pertama di Jawa. Terj. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti
    • Poesponegoro & Notosusanto (ed.). 1990. Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka.
    • Slamet Muljana. 2005. Runtuhnya Kerajaan Jindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara (terbitan ulang 1968). Yogyakarta: LKIS

Ближайшие предки и потомки

Прародители
Girishawardhana Dyah Suryawikrama / Bhra Hyang Purwawisesa (Dyah Suryawikrama / Brawijaya III)
титул: с 1456 по 1466, Prabu Majapahit XI bergelar Brawijaya III
смерть: 1466
Raden Alit ? (Bhre Kertabumi, Wangsa Rajasa)
брак: Kanjeng Ratu Handarawati / Siu Ban Ci
брак: Endang Sasmintapura
брак:
брак: Puteri Wandhan
смерть: 1478, Raja Majapahit ke 11, Th. 1468 s/d 1478 Masehi; Ibu Kota Kerajaan di trowulan - Mojokerto.
Прародители
Родители
13. Raden Patah / Panembahan Jin Bun (Raden Praba)
рождение: 1455, Palembang
брак: 11.1.5. Raden Siti Murtasimah / Asyiqah
брак: Puteri Bupati Jipang Panolan
брак: Putri Dari Randu Sanga
титул: с 1475 по 1518, Demak, Sultan Bintoro Demak I bergelar Sultan Syah Alam Akbar Al Fattah
смерть: 1518, Demak
21. Bathara Katong / Lembu Kanigoro (Raden Joko Piturun)
брак: Niken Gandani ? (Ki Ageng Kutu)
титул: 11 август 1496, Ponorogo, Adipati Ponorogo I
14. R. Bondan Kejawan / Ki Ageng Tarub III (Ki Lembu Peteng)
рождение: Anak No.14 dari Brawijaya V Jurumertani sudah pada waktunya untuk mengirim Pajak Hasil Bhumi ke Kerajaan, dalam perjalanannya di ikuti oleh Bondan, yang tidak diketahui Jurumertani, Sesampainya di Kerajaan menyerahkan Pajakhasil Bumi, kemudian menghadap sang Prabu, Namun mendadak terdengan suara Gong Berbunyi, mengejutkan Sang Prabu dan seluruh isi kerajaan termasuk Jurumertani, setelah dikejar tertangkaplah seorang anak "Bondan", dan diserahkan pada sang Prabu, melihat kejadian itu Jurumertani terbelalak KAGET, dan menghampiri Prabu sambil berbisik Itu adalah Putera-sang Prabu. Sang Prabu menatap wajah si Bondan dengan seksama, kemudian penasehat spirituil Kerajaan menhampiri Sang Prabu berkata, Anak turun dari Anak itu (Bondan) akan menjadi Raja-raja ditanah jawa
рождение: Petilasan Makam dari Bondan Kejawan ada : 3 Tempat yaitu : 1. Desa Taruban-Purwodadi, dari kota Purwodadi ke arah Blora Km 13 ada perempatan belok Kanan 2km ada Situs yang dikelola oleh Kasunanan Surakarto, dsisin ada makam Ki Ageng Tarub I, dan R Bondan Kejawan ( Ki Ageng Tarub II) 2. 1 Km dari sini ( Ds Taruban ) arah ke perempatan ada Tandingan seolah-olah Makam Bondan Kejawan 3. Sebelah barat Kota Yogya ( Jl Wates dkt SPBU) ada dusun Kejawen disana ada makan Bondan Kejawan Pahlawan Majapahit
брак: Retno Dewi Nawangsih
брак:
брак: Retno Dewi Nawangsih
17. Puteri Hadi / Putri Ratna Marsandi
рождение: anak No 17 dari Bhre Kertabhumi ( Brawidjaja V ), suami dari Juru Paniti
брак: Juru Paniti
11. Raden Sudjana / Lembu Niroto
титул: Adipati Blambangan
Raden Jaka Dhalak
рождение: Diputus : 25677
Hario Dewa Ketul
профессия: Bali, Adipati di Bali
Raden Jaka Lawu
смерть: Java, Indonesia, Mount Lawu
Raden Jaka Buras / Raden Palingsingan
смерть: Gunung Kidul
Родители
 
== 3 ==
3.4.2. Raden Kusen / Pangeran Pamalekaran (Arya Abdillah)
титул: Adipati Terung, Adipati Terung / Bupati Teterung
== 3 ==
Дети
Pangeran Santri / Kusumadinata I (Raden Solih)
рождение: оц. 29 май 1505
брак: Ratu Pucuk UmuN / Nyi Mas Ratu Inten Dewata (Pangeran Istri)
титул: с 21 октябрь 1530 по 1580, Sumedang Larang, Raja Sumedang Larang Ke 9
смерть: выч. 1580
Дети

Личные инструменты
На других языках